Nguri-Uri Seni Budaya Daerah
Tradisi budaya Jawa jaman dahulu selalu berprinsip
pada keselarasan alam semesta. Dalam kehidupan sehari-hari, para orang tua
mengajarkan anak-anaknya lewat tembang atau nyanyian. Dengan syair berisi
nilai-nilai falsafah hidup, pitutur atau nasihat, pengajaran moral ini
ditanamkan lewat lagu-lagu yang diselaraskan dengan alam dan keadaan
sekitarnya.
Gendingan diciptakan sebagai ungkapan keselarasan
manusia dan penciptanya. Ini diwujudkan dalam tindakan sehari-hari dengan
memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam
berbicara dan bertindak. Dalam gamelan hal tersebut diwujudkan pada tarikan
tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron, kendang dan
gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Ada berjenis-jenis gendingan, ada yang khusus dan ada
yang umum. Yang umum adalah yang hadir di masayarakat kebanyakan, dengan
tembang-tembang kehidupan sehari-hari. Sedangkan yang khusus adalah dimainkan
pada waktu-waktu tertentu. Contohnya pada saat upacara pernikahan, saat
mengiringi pengantin masuk diiringi dengan tembang “Kebo Giro”, saat mempelai
saling bertemu diiringi dengan tembang “Kodok Ngorek”. Ada lagi, pada
acara-acara khusus di kerajaan/kesultanan. Gendingan dimainkan secara khusus,
dengan syair khusus dan juga gamelan yang khusus.
Gamelan, adalah alat musik gendingan, diambil dari
bahasa Jawa “gamel” yang berarti memukul/menabuh. Jadi gamelan mempunyai
arti sebagai satu kesatuan alat musik yang ditabuh/dipukul untuk dimainkan
bersama. Seperangkat alat musik ini terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang
Penerus, Demung, Saron, Peking/ Gamelan, Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender,
Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling.
Mengenai sejarah terciptanya gamelan sendiri masih simpang
siur. Namun dipastikan bahwa gamelan diciptakan pada saat budaya Hindu – Budha
dari India berjaya di Indonesia. Ini dibuktikan dengan adanya data-data pada
relief Candi Borobudur dan kitab-kitab kesusastraan yang menjadi petunjuk
tentang keberadaan gamelan ini. Dalam perkembangannya, gamelan mengalami banyak
perubahan menjadi semakin baik hingga seperti sekarang, tetapi tetap mencirikan
budaya bawaanya yang sampai sekarang masih menjadi ciri khas gendingan ini,
salah satunya adalah istilah bagi penyanyinya, yaitu Wiraswara
untuk penyanyi pria, dan Waranggana untuk
penyanyi wanita.
Menurut Mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang
Hyang Guru pada Era Saka, dengan alat musik gamelan pertama yang diciptakan
adalah “Gong” yang berfungsi sebagai pemanggil para dewa. Kemudian berkembang
sebagai penyampai pesan, dimana alat musiknya pun bertambah.
Saat ini gendingan sudah mendunia, dikenal luas di
beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Canada. Tentunya
sebagai generasi pewaris budaya, kita harus lebih peduli menjaga dan
melestarikan kekayaan tradisional leluhur. Kitalah yang harusnya lebih
mencintai dibandingkan bangsa lain.
Dengan mengajarkan seni dan budaya kita ke orang lain, maka semakin banyak orang yang mengetahui mengenai seni dan budaya daerah sendiri maupun seni dan budaya daerah lain.
*** Warisan budaya nasional atau warisan budaya daerah adalah cermin tingginya peradaban bangsa.
*** Melestarikan budaya nasional warisan leluhur sebagai wujud jati diri dan watak bangsa Indonesia
Abhinaya – Ekspresi adalah semangat
Abhipraya – Harapan mengubah tantangan menjadi ...
Dengan mengajarkan seni dan budaya kita ke orang lain, maka semakin banyak orang yang mengetahui mengenai seni dan budaya daerah sendiri maupun seni dan budaya daerah lain.
*** Warisan budaya nasional atau warisan budaya daerah adalah cermin tingginya peradaban bangsa.
*** Melestarikan budaya nasional warisan leluhur sebagai wujud jati diri dan watak bangsa Indonesia
Abhinaya – Ekspresi adalah semangat
Abhipraya – Harapan mengubah tantangan menjadi ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar