KakanG SeraYu

KakanG SeraYu
Sugeng Rawuh ....

Jumat, 14 Juni 2013

Musik Klasik Gending Jawa


Nguri-Uri Seni Budaya Daerah

Tradisi budaya Jawa jaman dahulu selalu berprinsip pada keselarasan alam semesta. Dalam kehidupan sehari-hari, para orang tua mengajarkan anak-anaknya lewat tembang atau nyanyian. Dengan syair berisi nilai-nilai falsafah hidup, pitutur atau nasihat, pengajaran moral ini ditanamkan lewat lagu-lagu yang diselaraskan dengan alam dan keadaan sekitarnya.
Gendingan diciptakan sebagai ungkapan keselarasan manusia dan penciptanya. Ini diwujudkan dalam tindakan sehari-hari dengan memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak. Dalam gamelan hal tersebut diwujudkan pada tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron, kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Ada berjenis-jenis gendingan, ada yang khusus dan ada yang umum. Yang umum adalah yang hadir di masayarakat kebanyakan, dengan tembang-tembang kehidupan sehari-hari. Sedangkan yang khusus adalah dimainkan pada waktu-waktu tertentu. Contohnya pada saat upacara pernikahan, saat mengiringi pengantin masuk diiringi dengan tembang “Kebo Giro”, saat mempelai saling bertemu diiringi dengan tembang “Kodok Ngorek”. Ada lagi, pada acara-acara khusus di kerajaan/kesultanan. Gendingan dimainkan secara khusus, dengan syair khusus dan juga gamelan yang khusus. 

Gamelan, adalah alat musik gendingan, diambil dari bahasa Jawa gamel” yang berarti memukul/menabuh. Jadi gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang ditabuh/dipukul untuk dimainkan bersama. Seperangkat alat musik ini terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking/ Gamelan, Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling.
Mengenai sejarah terciptanya gamelan sendiri masih simpang siur. Namun dipastikan bahwa gamelan diciptakan pada saat budaya Hindu – Budha dari India berjaya di Indonesia. Ini dibuktikan dengan adanya data-data pada relief Candi Borobudur dan kitab-kitab kesusastraan yang menjadi petunjuk tentang keberadaan gamelan ini. Dalam perkembangannya, gamelan mengalami banyak perubahan menjadi semakin baik hingga seperti sekarang, tetapi tetap mencirikan budaya bawaanya yang sampai sekarang masih menjadi ciri khas gendingan ini, salah satunya adalah istilah bagi penyanyinya, yaitu Wiraswara untuk penyanyi pria, dan Waranggana untuk penyanyi wanita.

Menurut Mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dengan alat musik gamelan pertama yang diciptakan adalah “Gong” yang berfungsi sebagai pemanggil para dewa. Kemudian berkembang sebagai penyampai pesan, dimana alat musiknya pun bertambah.
Saat ini gendingan sudah mendunia, dikenal luas di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Canada. Tentunya sebagai generasi pewaris budaya, kita harus lebih peduli menjaga dan melestarikan kekayaan tradisional leluhur. 
Kitalah yang harusnya lebih mencintai dibandingkan bangsa lain.

Dengan mengajarkan seni dan budaya kita ke orang lain, maka semakin banyak orang yang mengetahui mengenai seni dan budaya daerah sendiri maupun seni dan budaya daerah lain.

*** Warisan budaya nasional atau warisan budaya daerah adalah cermin tingginya peradaban bangsa.
*** Melestarikan budaya nasional warisan leluhur sebagai wujud jati diri dan watak bangsa Indonesia

Abhinaya – Ekspresi adalah semangat
Abhipraya – Harapan mengubah tantangan menjadi ... 
Abhirama – Senang yang menyenangkan













Tidak ada komentar:

Posting Komentar